Friday, July 29, 2016

Ingin Mengajari Anak Menghargai Orang Lain? Gunakan 6 Kata Positif Ini!


Pada masa-masa Golden Age, yaitu sekitar usia 0-7 tahun, anak-anak berada pada masa dimana mereka mudah untuk diajarkan sesuatu.

Maka pembentukan karakter anak harus dilakukan dengan tepat pada fase ini. Salah satu di antara sekian banyak tahapannya adalah mengajarkan anak-anak untuk berkata-kata yang baik.

Ungkapan yang cukup bisa menggambarkan hal ini adalah
“Kamu, adalah apa yang kamu ucapkan”.

Artinya, bagaimana orang lain menilai diri kita adalah tergantung dari bagaimana mereka menilai apa yang kita ucapkan.

Hal yang sama tentu juga berlaku untuk anak-anak kita.

Bagaimana orang lain menilai mereka, adalah dari ucapan-ucapan mereka.

Tetapi jika kita menghubungkannya dengan salah satu judul puisi yang cukup populer yaitu,

“Anakmu mengenalkan siapa dirimu”

maka ini berarti bagaimana orang lain menilai diri kita adalah melalui penilaian mereka terhadap anak-anak kita.

Jika orang lain menganggap anak-anak kita adalah anak-anak yang berperilaku buruk, maka mereka akan menghubung-hubungkan keburukan itu untuk menilai orangtuanya,

yaitu KITA.

Namun ini tidak berarti bahwa tujuan kita mengajari mereka berkata-kata atau berbuat yang baik adalah semata-mata demi “nama baik” kita di tengah-tengah masyarakat,

lebih dari itu adalah bagaimana agar mereka mampu menjadi sosok dengan kepribadian mulia yang bisa diterima di lingkungan yang lebih luas.

Dan pengajaran ini tentu tidak bisa lepas dari faktor kita – sebagai orangtua - yang berperan penting mejadi contoh bagi mereka.

Nah, ketika kita sudah meluruskan niat dalam mendidik buah hati kita dan bersiap untuk menjadi contoh terbaik bagi mereka, maka sejatinya pendidikan karakter ini sudah kita mulai.

Tahapan selanjutnya adalah kita membiasakan diri kita sambil mengajarkan kepada buah hati kita kata-kata positif untuk membangun karakter mereka.

Berikut ini adalah 6 kata penting yang positif yang harus diajarkan dan dibiasakan kepada anak-anak kita.


Mengucap “Assalamu ‘alaikum”


Ucapan salam adalah sapaan yang paling mulia dari model sapaan-sapaan lainnya. Ucapan salam mengajarkan anak untuk mudah mendoakan kebaikan bagi orang lain.

Tidak seperti sapaan-sapaan lain yang mendoakan agar kita tetap hidup, ucapan salam lebih mendoakan kita agar hidup dengan keberkahan.

Di antara manfaat mengucap salam dan kebiasaan menyapa ini adalah menumbuhkan sikap menghargai terhadap sesamanya.

Ketika seorang anak menyapa temannya, lalu temannya membalas dengan senyuman dan sapaan yang hangat, maka anak ini akan merasa “everything is fine”.

Saya tidak ada masalah dengan orang itu. Begitu pun orang itu tidak punya masalah dengan saya. Hal ini berarti saya harus menghindarkan dia dari gangguan saya, begitu juga sebaliknya.

Inilah yang saya maksud dengan tumbuhnya sikap menghargai.

Mengucap “Permisi”


Kata penting berikutnya adalah mengajarkan pada anak untuk membiasakan meminta ijin setiap kali akan meminjam atau menggunakan sesuatu milik orang lain.

Kebiasaan meminta ijin juga harus diajarkan kepada anak setiap kali mereka hendak masuk ke kamar orangtuanya.

Dengan membiasakan anak dengan ucapan ini membuat anak tidak mudah berbuat sesuka hati, misalnya mengambil barang yang bukan miliknya, masuk ke kamar yang bersifat pribadi, dsb.

Kebiasaan ini juga akan bermuara pada tumbuhnya sikap menghargai hak-hak orang lain.

Menjawab “Iya”


Kata yang ketiga ini terlihat sangat sepele. Namun ada pengajaran penting dari kata ini.

Dengan menjawab “iya”, berarti anak telah menyiapkan dirinya – secara psikologis - untuk menerima setiap kali kita berbicara atau meminta sesuatu kepadanya.

Hal ini membuat informasi selanjutnya yang kita berikan kepada anak bisa ditangkap dengan baik.

Dengan penerimaan seperti ini anak akan menghargai setiap kata yang kita ucapkan atau instruksi yang kita berikan.

Meminta tolong, berterimakasih dan meminta maaf


Ketiganya sudah umum dijelaskan oleh banyak penulis dan psikolog anak. Ketiga kata ini cukup jelas untuk merepresentasikan sikap penghargaan terhadap orang lain.

Kebiasaan untuk mengucap “tolong” setiap kita menginginkan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan sendiri dan berterima kasih sesudahnya,

mengajarkan anak untuk menghargai setiap bantuan yang telah diberikan.

Begitu pula kebiasaan meminta maaf setiap kali anak melakukan hal yang salah,

mengajari anak untuk bertanggung jawab yang pada akhirnya juga membentuk sikap menghargai terhadap orang lain.

Pri617

Author & Editor

Bukan seorang ayah yang sempurna. Hanya berusaha mewariskan sifat baik dan sikap positif untuk anak-anak kami.

0 komentar:

Post a Comment