Monday, July 25, 2016

Lakukan 2 Hal Penting Ini untuk Membangun Karakter Buah Hati Anda

Di dalam proses pendidikan anak, yang terjadi sebenarnya adalah kita sedang mempersiapkan mereka untuk menghadapi situasi-situasi di masa yang akan datang.

Dengan kata lain,

pendidikan adalah warisan yang sangat penting dari kita yang akan kita bangun semenjak mereka masih kecil.


Prof. Thomas Lickona - yang disebut-sebut sebagai Bapak Pendidikan Dunia - mengatakan bahwa pendidikan yang benar seharusnya memiliki 2 tujuan.

Yaitu membuat orang menjadi pintar,

dan membuat orang menjadi baik.

Karena itulah beliau menambahkan 2 lagi pilar pendidikan (dari yang sebelumnya hanya 3 pilar)sehingga menjadi 5 pilar, yaitu:

Reading (membaca)

Writing (menulis)

Arithmatic (berhitung)

Respect (hormat)

Responsibility (tanggung jawab)

Tiga pilar yang pertama bertujuan untuk membentuk seseorang menjadi pintar, atau yang kemudian kita menamakannya dengan pendidikan akademis,

sedangkan 2 yang terakhir membentuk seseorang menjadi baik, atau yang umum disebut sebagai pendidikan karakter.

Namun apa arti sesungguhnya dari pendidikan karakter itu sendiri?

“Pendidikan karakter adalah usaha untuk menjadikan seseorang mengerti dan peduli serta berbuat sesuai dengan nilai-nilai etika.”
(David Elkind dan Freddy Sweet Ph.D, 2004)

Jadi ‘pendidikan karakter’sebenarnya memiliki makna yang sama dengan apa yang dulu kita sebut dengan pendidikan moral atau pendidikan akhlak.

Dan menurut saya, pendidikan karakter ini harus lebih diutamakan daripada pendidikan akademis karena tujuan pendidikan karakter yang – sebut saja – lebih mulia daripada pendidikan akademis.

Saya tidak mengatakan kalau pendidikan akademis itu buruk atau tidak penting. Idealnya justru keduanya harus seiring.

Namun kalau harus memilih salah satunya, maka sebagai orangtua seharusnya kita mulai fokus untuk membangun karakter anak-anak kita daripada membesarkan nilai-nilai akademis mereka.


Kenapa pendidikan karakter itu penting?

Seorang pemuda yang bernama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib yang sama sekali tidak memiliki ketiga pilar pendidikan yang pertama,

tidak bisa membaca, menulis dan berhitung,

namun justru memiliki tempat yang mulia di kalangan suku Arab pada waktu itu.

Hal ini karena beliau memiliki sikap amanah (baca: responsible) sebagai dasar pendidikan karakter.

Aliyah binti Syarik Al-Azdiyah, ibunda (Imam) Malik bin Anas rahimakumullah, ketika mengantarkan putranya untuk belajar ilmu agama selalu berpesan begini,

“Anakku, datanglah ke majelisnya Rabi’ah. Pelajari akhlaknya sebelum engkau mempelajari fiqih darinya.”

Artinya, belajarlah tentang pendidikan karakter terlebih dahulu sebelum mempelajari pendidikan akademis.

Kita punya statistik sebagai berikut:

korupsi, kpk, pendidikan karakter

Meski tidak signifikan, jumlah kasus yang sampai pada tahap penuntutan - pelan tapi pasti - cenderung mengalami kenaikan.

Banyaknya kasus-kasus korupsi,yang jelas-jelas dilakukan oleh mereka yang memiliki nilai akademis tinggi,

diakui atau tidak, disebabkan oleh krisis moral yang itu adalah buah dari gagalnya pendidikan karakter kita.

Inilah yang tadi saya maksudkan bahwa pendidikan karakter memiliki urgensi yang tinggi daripada pendidikan akademis.


Lalu bagaimana cara kita membangun karakter anak-anak?

Karena demikian pentingnya pendidikan karakter tersebut, maka adalah hal yang wajib dilakukan adalah mulai starting membangun karakter buah hati,

sedini mungkin.

Setidaknya ada 2 hal penting yang bisa dilakukan oleh para orangtua untuk memulai pembentukan karakter anak-anak mereka.


Satu: dengan DOA

Tahukah Anda bahwa perawi hadits paling terkenal, Imam Al-Bukhori rahimakumullah, mengalami kebutaan semenjak kecil?

Namun karena kekuatan doa dari sang ibunda, maka Allah memberikan karuniaNya berupa penglihatan fisik dan penglihatan batin (yaitu ketelitian) di dalam meriwayatkan hadits-hadits Nabi.

Bukankah selain musafir dan orang yang terdhalimi, doa orangtua untuk anaknya adalah doa yang didengar oleh Allah?

Maka meski kelihatannya sepele, tapi doa adalah kekuatan utama seorang Muslim.


Dua: kedekatan dengan Ayah

Penelitian Dr. Kyle Pruett, seorang profesor dan penulis buku tentang parenting menyatakan bahwa seorang anak yang memiliki kedekatan dengan sang ayah lebih berdampak positif daripada yang tidak.

Anak-anak yang memiliki interaksi yang kuat dengan pihak ayah cenderung memiliki emosi yang stabil, sosialisasi yang bagus, percaya diri dan semangat untuk mengembangkan potensi dirinya.

Namun karena ayah adalah sosok yang “jarang” berada di rumah, tentunya kedekatan ini agak susah untuk direalisasikan.

Nah, agar buah hati bisa memiliki interaksi yang kuat dengan sang ayah,

beberapa hal di bawah ini bisa dicoba untuk dilakukan.

1. Pelukan hangat


Kita tahu bahwa sebuah pelukan bisa menghangatkan perasaan. Begitu juga pelukan seorang ayah kepada anaknya.

Sebagai seorang ayah, sering-seringlah memeluk buah hati kita dengan pelukan sayang. Kegiatan ini seperti mentransfer perasaan kuat sang ayah ke anak.

2. Mengajaknya bermain


Bermain bersama di hari libur adalah salah satu cara yang dipercaya bisa mendekatkan emosi sang ayah dengan anak.

Permainan yang berhubungan dengan kerjasama dan strategi biasanya lebih menstimulus kedekatan ini.

3. Bicara, beri saran atau dukungan


Seperti yang sudah pernah dijelaskan pada artikel 7 Cara Berkomunikasi dengan Anak,

komunikasi adalah hal yang sangat penting di dalam proses membangun karakter anak.

Selain bertanya tentang keadaan anak atau cerita di sekolahnya, memberi anak masukan dan dukungan atas apa yang dilakukannya menjadikan anak merasa dihargai dan disayangi.

4. Teladan yang baik


Ketika kita siap menerima anugerah berupa kelahiran buah hati kita, maka itu berarti kita telah siap menjadi contoh dan panutan untuk mereka.

Setidaknya ada upaya ke arah sana.

Sebab bagaimana mereka bisa menerima saran kita jika kita bukanlah orang yang mereka hormati?

Kita memang tidak perlu harus menjadi sempurna dalam segala hal. Cukuplah bahwa nilai-nilai etika yang kita ajarkan kepada mereka, kita juga melakukannya.

Selain cara-cara di atas, ada hal-hal yang memang perlu untuk ditanamkan sejak dini pada diri anak-anak kita. Silahkan baca 3 yang harus ditanamkan sejak anak masih kecil




Karena Anda sudah membaca artikel ini sampai selesai,
apakah Anda juga berminat membaginya dengan teman-teman Anda?

Pri617

Author & Editor

Bukan seorang ayah yang sempurna. Hanya berusaha mewariskan sifat baik dan sikap positif untuk anak-anak kami.

0 komentar:

Post a Comment